BICARA SAJA TIDAK CUKUP
Menjelang tahun 2009, beberapa penulis BMI mulai merangkak mengibarkan bendera untuk bersaing dengan penulis di Indonesia. Menyebarkan tulisannya di beberapa media massa atau internet langkah awal untuk menunjukkan bahwa BMI Hongkong benar-benar mempunyai talenta kepenulisan yang bagus. langkah ini untuk mendongkrak bahwa penulis BMI tidak kalah dengan penulis lainnya. Dengan upaya itu setidaknya masyarakat atau pemerintah tahu bahwa ada hal kecil yang harus menjadi perhatian mereka. Melalui blogspot, Mp, menerbitkan buku jalan termudah untuk mendongkrak populeritas supaya dikenal oleh masyarakat. Dengan harap ada setitip perhatian khusus hingga memberikan waktu luang untuk mendengarkan keluh-kesah pahlawan devisa Negara. BMI ingin membuktikan telenta yang dimiliki dapat berkembang meskipun hidup di Negara orang. Juga upaya tidak dipandang rendah oleh masyarakat karena pekerjaannya yang hanya sebagai pembantu rumah tangga.
“Babu menerbitkan buku? Pertanyaan ini akan selalu menggelitik bagi orang berseragam, kerjanya duduk nangkring depan computer sambil merokok tiap bulan gaji datang karena rasa tidak percaya. Itu semua langkah awal yang dilakukan BMI untuk tetap memperjuangkan harga dirinya di mata masyarakat menganggap rendah hasil sastra BMI. Kasak-kusuk BMI akan membuktikan suatu gebrakan baru yang dapat menjadikan perhatian semua kalayak, terutama pemerintah.
Pena senjata yang tajam untuk menuangkan jeritan hati pejuang devisa selama di Hongkong. Untuk membuka hati orang-orang yang tidak bisa menghargai hasil jerih payah pahlawan devisa. Karena jelas banyak bukti media yang membeberkan bagaimana oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab telah memeras BMI yang pulang dengan berbagai alasan. Lalu dimana rasa pedulinya pemerintah dengan hal ini? Mungkin pertanyaan yang basi diungkapkan lagi karena ketidak pastian untuk menjawab.
Dukungan dari pemerintah sangat diharapkan demi berkembangnya penulis BMI. Hingga dapat mendongkrak kemajuan penerus-penerus bangsa yang terhimpit biaya hingga harus lari ke Negara orang demi sesuap nasi. Tidak heran kalau banyak pahlawan devisa kurang puas dengan pelayanan pemerintah yang seolah mengganggapnya sebagai sapi perah. Sedangkan tuntunan dari BMI tidak pernah diperdulikan. Bermimpi pemerintah menyemponsori penulis BMI untuk mengadakan gebrakan-gebrakan dengan keahliannya sangatlah kecil harapannya.
Gebrakan lama tentang terbitnya buku-buku dari hasil karya sastra BMI sudah menyebar. Bila saat ini dibahas lagi jelas sudah basi, tapi itu sudah menjadi bukti nyata bahwa sebenarnya banyak penerus bangsa yang meskipun tidak sampai ke jenjang kuliah mempunyai potensi tinggi. Kalau sejenak mau membayangkan bagaimana cara membagi waktu di rumah majikan sampai bisa menciptakan buku sendiri, tidak akan habisnya. Ibarat pepatah kata, modal nekat dan semangat akhirnya menjadi penulis juga.
Masalah penting harus diperhatikan, bagaimana cara menampung penulis-penulis pemula supaya dapat semakin baik dan bermutu kwalitasnya. Hingga saat terjuang langsung bersaing dengan penulis di Indonesia tidak rendah diri. Maka unuk mewujudkan rasa percaya diri ini sangat dibutuhkan dukungan-dukungan pemerintah dan para sastra senior yang sudah sangat di kenal oleh masyarakat.
Bagaimana dengan para penulis BMI sendiri? Tentunya juga mempunyai tanggung jawab besar untuk semakin semangat berkarya mewujudkan suatu cita-cita. Juga semakin meningkatkan kwalitas karyanya supaya layak di nikmati masyarakat karena saingan ketat pasti ada. Gebrakan baru pasti segera hadir tentunya persembahan baru dari BMI untuk mengawali perjuangannya sebagai penulis yang diakui.